Berikan Harapan Baru, ITS Terima Mahasiswa 3T

SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya memiliki beberapa jalur masuk, diantaranya Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan Program Kemitraan dan Mandiri (PKM). Sejak sepuluh tahun terakhir, ITS bekerjasama dengan Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristekdikti) untuk khusus menerima mahasiswa yang berasal dari daerah tertinggal melalui beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik).

Prof Dr Ir Heru Setyawan MEng, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITS mengatakan beasiswa ADik dikhususkan bagi anak Papua, Papua Barat, dan daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T). Adapun cakupan daerah yang diberi beasiswa mengikuti data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Tak ayal program ini sekaligus menjadi upaya mewujudkan keinginan pemerintah dalam hal penyamarataan pendidikan.

“Selain itu program ini juga membantu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Heru.

BACA JUGA – Inovasi Derek Otomasi Bawa Mahasiswa ITS Menuju Paris

Calon mahasiswa peserta ADik ITS juga harus mengikuti serangkaian seleksi layaknya peserta jalur masuk perguruan tinggi pada umumnya. Bidang yang diuji pun tetap sama, yakni Fisika, Matematika, Biologi, dan Bahasa Inggris. “Hanya saja bobot kesulitannya kita turunkan sedikit. Karena bagaimanapun kondisi mereka tidak bisa disamakan dengan peserta yang tinggal di daerah maju dan berkembang,” ungkap pria berkacamata tersebut.

Demi menghindari culture shock, setelah dinyatakan lulus para mahasiswa tersebut akan diberikan pembinaan atau martikulasi agar terbiasa dengan cara belajar dan metode pengajaran di daerah maju. Tapi khusus untuk mahasiswa dari Papua dan Papua Barat biasanya sejak SMP sudah dipilih putra terbaik untuk bersekolah di Jawa. Selama masa perkuliahan di ITS, para peserta beasiswa juga akan dipantau perkembangannya melalui bimbingan belajar oleh kakak kelas di bawah arahan Direktorat Akademik.

“Dulunya martikulasi dilakukan satu bulan sebelum masa perkuliahan. Namun saat ini sejak tahun 2016 sudah dilakukan secara nasional oleh Kemenristekdikti,” ungkapnya.

Seleksi beasiswa untuk daerah 3T ini akan dilakukan setelah SBMPTN dengan kuota 26 sampai 30 mahasiswa setiap tahunnya. Besar harapan, dengan diberikan fasilitas ini dapat memberikan harapan baru bagi daerah-daerah tertinggal. “Dulu ada mahasiswa dari Papua alumni Teknik Kimia setelah berhasil lulus, ia menjadi guru di daerah asalnya. Semoga program ini dapat terus berjalan,” pungkas Heru. (Red)

Rumah Pendidikan
About Rumah Pendidikan 543 Articles
RAPIDO adalah Rumah Pendidikan Indonesia. Website ini adalah rumah bagi seluruh masalah pendidikan di Indonesia untuk didialogkan dan didiskusikan. Karenanya website ini bukan hanya media guru dalam mengaspirasikan permasalahannya, akan tetapi media bagi pemegang kebijakan (pemerintah) dalam mengambil setiap kebijakannya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.