Dilema Evaluasi Pembelajaran (1)

Oleh : M. Arfan Mu’ammar

Untuk mengetahui apakah sebuah aktivitas efektif atau tidak? Sesuai dengan capaian yang diinginkan atau tidak? Adalah melalui Evaluasi. Evaluasi bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Di malam hari misalnya, kita melakukan evaluasi terkait kegiatan yang kita lakukan dalam sehari. Apakah dalam sehari semua agenda sudah terlaksana atau belum? Sudah maksimal atau belum? Hasil evaluasi tersebut kemudian dijadikan acuan dalam pembuatan agenda keesokan harinya.

Evaluasi sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia sehari-hari. Tanpa disadari, evaluasi sebenarnya sering kita lakukan. Contoh yang paling sederhana adalah “bercermin”. Bercermin adalah aktivitas evaluasi pada penampilan fisik. Apakah rambut kita sudah rapi, pakaian sudah pantas, bedak atau lipstik sudah rata dan sebagainya. Tanpa cermin atau orang lain dalam menilai penampilan. Kita tidak mampu mengevaluasi penampilan diri. Cermin dan orang lain itu adalah instrumen atau alat untuk mengevaluasi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai. Baik oleh pendidik ataupun anak didik dalam proses pembelajaran, adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik dapat berupa evaluasi “hasil belajar” dan “evaluasi pembelajaran”. Evaluasi “hasil belajar” dilakukan untuk mengetahui ketercapaian anak didik, terhadap tujuan dan capaian pembelajaran yang diinginkan. Apakah nilai “hasil belajar” anak didik sudah mencapai standar yang diinginkan atau belum.

Sedangkan “evaluasi pembelajaran” dapat berupa evaluasi yang mencakup seluruh aspek pembelajaran. Diantaranya adalah untuk melihat ketercapaian pendidik atau guru dalam mengajar. Apakah guru sudah tuntas dalam mengajar atau belum. Yang pertama dilakukan oleh guru kepada murid. Dan yang kedua dilakukan oleh waka kurikulum atau kepala sekolah kepada guru.

Ada banyak sekali jenis instrumen dalam evaluasi. Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri. Karenanya, semua pelajaran tidak dapat dipukul rata dengan satu jenis instrumen penilaian saja. Setiap mata pelajaran memiliki instrumen penilaian yang berbeda-beda. Bergantung jenis mata pelajaran apa yang diajarkan.

Mata pelajaran yang menekankan perubahan perilaku, seperti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Tidak dapat hanya didekati dengan pendekatan evaluasi kognitif saja. Demikian juga mata pelajaran exacta. Penekanan pada evaluasi afektif tentu kurang tepat adanya. Juga dengan mata pelajaran kesenian, evaluasi yang tepat adalah evaluasi pada aspek psikomotorik.

Lantas bagaimana potret evaluasi pembelajaran kita?

Bersambung…

Rumah Pendidikan
About Rumah Pendidikan 833 Articles
RAPIDO adalah Rumah Pendidikan Indonesia. Website ini adalah rumah bagi seluruh masalah pendidikan di Indonesia untuk didialogkan dan didiskusikan. Karenanya website ini bukan hanya media guru dalam mengaspirasikan permasalahannya, akan tetapi media bagi pemegang kebijakan (pemerintah) dalam mengambil setiap kebijakannya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.