
Oleh : M. Arfan Mu’ammar
Iman bukan hanya “Yazdaadu Wa Yanqus” tapi iman juga bisa bergeser, pergeseran itu bisa cepat bisa lambat. Bisa individual bisa kolektif. Pergeseran iman yang saya bahas di sini adalah pergeseran iman secara kolektif di sebuah negara, sebuah bangsa atau kaum.
Setidaknya ada tiga Faith Shifting (pergeseran Iman) yang pernah saya baca dalam penulisan sejarah. Yaitu pada negeri Saba’. Kota Makkah dan Nusantara.
Faith Shifting yang pertama adalah negeri Saba’. Saba’ merupakan negeri penyembah matahari. Seperti yang jamah kita ketahui bahwa negeri Saba’ merupakan negeri yang penduduknya menyembah matahari. Ketika nabi Sulaiman diutus oleh Allah untuk negeri Saba’, burung hud-hud menginfokan ada sekelompok masyarakat di sebuah negeri yang menyembah matahari, singkat cerita Sulaiman mengajak ratu saba’ (ketika itu Bilqis) untuk beriman kepada Allah, Bilqispun mengikuti ajakan nabi Sulaiman beriman kepada Allah dan meninggalkan ajaran menyembah matahari.
Dua abad setelah ratu Bilqis meninggal, masyarakat Saba’ terkena sebuah musibah besar yang dikenal dengan istilah “sailul arim” (tahun 450 M) peristiwa itu diabadikan dalam al-Qur’an QS. Saba’ 16-17. Kenapa mereka mendapat musibah itu? karena mereka tidak pandai bersyukur dan tidak lagi beriman kepada Allah. Mereka kembali kepada agama nenek moyangnya yaitu menyembah matahari.
Artinya pergeseran itu terjadi sekitar 200 tahun setelah ratu Bilqis meninggal, iman mereka bergeser, dari beriman kepada Allah, menjadi menyembah matahari.
Pola yang serupa, juga dialami oleh masyarakat di Jazirah Arabiyah. Ketika nabi Ibrahim membangun kembali Kakbah, lalu menyeru masyarakat Makkah beriman kepada Allah. Maka berimanlah penduduk Makkah kepada Allah. Namun, setelah sekian lama, setelah nabi Isma’il wafat, aqidah mereka bergeser, iman mereka bergeser (faith shifting), dari beriman kepada Allah, hingga menyembah berhala. Sekalipun ketika mereka ditanya, mereka tidak menyembah berhala, hanya menjadikan berhala sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Pergeseran iman mereka dari beriman kepada Allah menjadi penyembah berhala adalah bermula ketika Amru bin Luhai (pemimpin kabilah Khuza’ah) pergi menuju Syam, ia menyaksikan penduduk Syam menyembah patung-patung. Ia beranggapan bahwa hal itu adalah suatu kebaikan dan kebenaran, karena Syam merupakan negeri para Nabi dan Rasul, serta tempat di turunkannya kitab-kitab. Sekembalinya ke Makkah, ia membawa patung Hubal lalu meletakkannya di dalam Kakbah. Lalu ia menyeru penduduk Makkah untuk menyekutukan Allah, dan merekapun memenuhinya.
Ada empat berhala besar (terbesar dan paling suci) yang mereka muliakan yaitu Hubal, Manat, Latta dan Uzza. Mereka membangunkan rumah untuk berhala-berhala dan mengagungkannya, hingga membuat tirai untuk hiasannya.
Ketika Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il kembali membangun Kakbah, penduduk Makkah beriman kepada Allah, tidak ada yang menyembah berhala atau mensekutukan Allah. Namun, selang beberapa ratus tahun sepeninggal nabi Isma’il, penduduk Makkah mengalami pergeseran iman (faith shifting), dari beriman menyembah Allah bergeser menjadi penyembah berhala.
Selain negeri Saba’ dan penduduk Makkah, faith shifting juga terjadi di Nusantara (Indonesia). Bahkan pergeseran itu terjadi dua kali. Yaitu ketika terjadi penyebaran agama Budha di Asia Tenggara, negara-negara di Asia seperti Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand dan Indonesia, memeluk agama Budha. Jejak berjayanya agama Budha di Indonesia adalah dengan berdirinya kerajaan Sriwijaya di Palembang dan Mataram Kuno di Jawa Tengah, kerajaan Mataram Kuno bahkan mampu membangun candi Borobudur yang merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Seiring berjalannya waktu, ketika terjadi penyebaran agama Hindu di Asia Tenggara, negara-negara seperti Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Thailand tetap memeluk agama Budha, sedangkan Nusantara beralih memeluk Hindu. Jejak kejayaan agama Hindu di Nusantara yaitu dengan berdirinya kerjaan Majapahit, Candi Prambanan dan Opera epik Ramayana dan Mahabrata.
Tidak hanya sampai di situ. Ketika terjadi penyebaran agama Islam di Nusantara, lagi-lagi negara-negara seperti Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Thailand tetap pada pendiriannya. Yaitu memeluk agama Budha, sedang mayoritas masyarakat di Nusantara kembali mengalami faith shifting (pergeseran iman) lalu memeluk agama Islam hingga saat ini.
Apa yang dialami oleh negeri Saba’, penduduk Makkah dan masyarakat Nusantara menegaskan bahwa iman tidak hanya naik turun, namun ada sebuah fenomena pergeseran iman atau saya menyebutnya dengan “faith shifting”, baik secara individual (individual faith shifting) maupun kolektif (collective faith shifting). Dan apa yang terjadi pada negeri Saba’, penduduk Makkah dan masyarakat Nusantara merupakan bagian kecil dari adanya collective faith shifting.
Be the first to comment