
Oleh : M. Arfan Mu’ammar
Setiap kali akan mencari sekolah buat anak-anak kita. Tentu orang tua memiliki banyak pertimbangan. Diantaranya adalah sarana prasarana dan prestasi sekolah.
Pernah suatu hari, saya mengunjungi salah satu sekolah. Dalam rangka survei sekolah untuk anak saya. Tanpa pertanyaan yang banyak, pihak sekolah sudah langsung menjelaskan panjang lebar tentang prestasi sekolah. Menariknya prestasi-prestasi sekolah tersebut dijilid rapi menjadi sebuah buku dan diserahkan kepada saya seraya berkata “ini prestasi sekolah dan prestasi anak didik kami selama lima tahun terakhir”.
Tentu, prestasi sekolah saat ini menjadi barometer seberapa berkualitas sekolah tersebut. Jika sekolah miskin prestasi, maka sekolah tersebut kurang berkualitas. Demikian juga sebaliknya.
Apakah benar demikian?
Tidak sepenuhnya benar. Jika sebuah sekolah favorit punya sederet prestasi. Itu wajar. Ya sangat wajar. Lha wong inputnya saja sudah berkualitas, melalui seleksi ketat. Artinya menjadikan berlian menjadi sesuatu yang berharga tidak sulit. Cukup dengan sedikit gosokan atau dijadikan mata cincin akan menjadi menarik dan lebih berharga. Bahkan tanpa diapa-apakan pun berlian dari “sono”nya sudah berharga.
Sekolah favorit dengan seleksi ketat, tentu akan mendapat input yang berkualitas. Anak yang sudah dari “sono”nya berkualitas, tidak sulit bagi sekolah untuk membuatnya juara disederet even perlombaan. Khususnya olimpiade-olimpiade science.
Namun, bagaimana dengan sekolah yang “la yahya wala yamut”. “Hidup tak mampu, matipun enggan”?
Input yang mereka peroleh alakadarnya. Sisa-sisa. “Buangan” dari sekolah-sekolah favorit yang menolaknya. Sarana Prasarananyapun seadanya. Tidak mudah merubah “garbage” menjadi sesuatu yang bernilai dan berharga. Tapi bukan tidak mungkin.
Atas dasar apa sekolah disebut berkualitas? apakah karena prestasi yang berderet? apakah karena gedungnya yang mentereng? ataukah spp nya yg dibayar menggunakan Dollar?
Saya akan mencoba menghitungnya menggunakan indeks produktifitas. Lewat hitungan kompleks (produktivitas total), mencakup 5 M + I + E (man, machine, material, money, management, information dan energy). dan atau bisa hanya menggunakan indeks produktifitas parsial.
Bersambung…
2 Trackbacks / Pingbacks