
Oleh : M. Arfan Mu’ammar
Setidaknya ada dua model kekerasan simbolik yang terdapat di Buku Sekolah Elektronik (BSE). Pertama : kekerasan simbolik pada kalimat. Kedua : kekerasan simbolik pada gambar. Sesi kali ini, saya akan mencoba menjelaskan bagaimana kekerasan simbolik pada kalimat di BSE? Pada buku mata pelajaran apa? Dan bagaimana mekanismenya?
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Nanang Martono. Penelitiannya dilakukan pada enam buku mata pelajaran, yaitu : Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Penjaskes dan Pkn. Kesemua buku mata pelajaran tersebut masuk kategori BSE. Jumlah keseluruhan BSE yang diteliti adalah 108 buah.
Data yang dianalisis adalah tulisan dalam bentuk narasi contoh, ilustrasi apresiasi, deskripsi mengenai aktivitas sosial, cerita, serta soal-soal dalam bentuk cerita. Dari 108 buah BSE yang dianalisis, peneliti menyimpulkan bahwa 660 halaman dalam BSE memuat habitus (habit) kelas atas atau sekitar 90 persen. Sedang sisanya 10 persen memuat habitus (habit) kelas bawah.
Yang menjadi persoalan adalah “porsi”nya. Memang habitus kelas bawah ditampilkan. Namun berapa persen dan berapa kali ia ditampilkan? Jumlah nya sangat timpang dengan habitus kelas atas yang hampir 90 persen selalu ditampilkan.
Pada mata pelajaran IPS kelas 1 misalnya. Materi pelajaran lebih banyak “mengajak” siswa untuk mengenal lingkungan sosial di sekitarnya. Lingkungan sosial yang pertamakali dikenalkan adalah diri siswa dan lingkungan keluarga. Namun, profil lingkungan keluarga yang banyak ditampilkan dalam BSE IPS mayoritas adalah lingkungan keluarga kelas atas dengan didukung berbagai simbol-simbol kelas tersebut.
Mekanisme yang digunakan adalah menggunakan simbol-simbol kepemilikan kelas tertentu (kelas atas), menceritakan kebiasaan atau aktivitas-aktivitas yang lebih banyak dilakukan kelas atas daripada kelas bawah. Selain IPS, mata pelajaran yang cukup banyak menampilkan habitus kelas atas adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat banyak ilustrasi untuk mengenalkan berbagai kata, kalimat, serta benda-benda di sekitar siswa dengan harapan siswa mudah untuk memahaminya.
Akan tetapi, di mata pelajaran IPA tidak begitu nampak simbol-simbol kelas atas, karena mata pelajaran ini lebih banyak mengenalkan anatomi tubuh makhluk hidup, hewan dan tumbuhan. Selain IPA, mata pelajaran Penjasorkes (Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan) juga tidak banyak contoh yang mengindikasikan kekerasan simbolik, karena mayoritas materi Penjasorkes hanya berisikan berbagai teknik dalam berolahraga.
Habitus-habitus seperti apa yang ditampilkan oleh kelas dominan (kelas atas) maupun kelas terdominasi (kelas bawah) di BSE?
Bersambung…
Be the first to comment