Mahasiswa ITS Ciptakan Mesin Pemurnian Garam

SURABAYA – Karya inovatif kembali dihasilkan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kali ini lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan alat atau mesin yang bisa digunakan oleh petani garam. Alat itu dapat memurnikan garam krosok menjadi garam industri. Garam industri adalah garam yang digunakan untuk tekstil, farmasi, kertas, dan kaca. Alat yang diciptakan Nur Imam Ahmadi dan temannya tersebut mampu memurnikan garam secara otomatis.

Nur mengatakan, tingkat kemurnian garam lokal masih rendah sehingga belum mampu dijadikan sebagai garam industri. Mahasiswa semester VII itu menjelaskan, garam di Indonesia memiliki tingkat kemurnian 90 persen. Padahal, garam industri harus memiliki tingkat kemurnian minimal 97 persen. Selain itu, garam krosok masih mengandung banyak zat pengotor. ’’Alat ini menghasilkan garam dengan persentase zat pengotor hanya 0,06 persen,” ujar Nur.

Hingga saat ini, Indonesia masih mengimpor garam industri. Fakta tersebut didapat Nur dari hasil diskusi dengan PT Garam pada bulan Juni lalu. Negara yang menyuplai adalah Australia dan India.

Untuk menciptakan alat tersebut, Nur dibantu Syamsul Rizal, Annisa Widowati, Alam Firmansyah, dan Rachmat Sandryan. Mereka berlima berasal dari jurusan berbeda. Nur, Syamsul, Annisa, dan Alam adalah mahasiswa teknik kimia, sedangkan Rachmat berasal dari jurusan teknik instrumentasi. Mereka mengembangkan alat tersebut sejak September 2016. Pembuatan alat berlangsung selama tiga bulan. Selama itu Alam menemui banyak kendala. ’’Motor untuk mesin tidak pas sehingga kami harus mencari solusinya. Terus, jadwal kami juga tabrakan satu sama lain,” jelas Alam.

BACA JUGA : ICASIE, Konferensi Internasional Pertama Fakultas Vokasi ITS

Pemurnian garam berlangsung selama dua sampai tiga jam dengan kapasitas mesin 3 kilogram. Untuk prosesnya, awalnya garam dimasukkan tabung, kemudian dicampur air. Lalu, larutan garam itu diberi tiga zat kimia, yaitu NaOH, Na2CO3, dan PAC. Tiga zat kimia tersebut akan mengikat zat pengotor. Zat itu akan mengendap di bawah, sedangkan di atasnya terdapat larutan garam bersih.

Larutan garam bersih tersebut diproses lagi. Disaring di tabung lain. Setelah itu, dipanaskan hingga menjadi kristal-kristal garam. Bentuk akhirnya serupa dengan garam dapur. ’’Tapi, kandungan NaCl-nya lebih tinggi,” jelas Syamsul. Nur dan timnya memiliki harapan, alat ciptaan mereka bisa bermanfaat bagi petani garam di Indonesia.

Nur bersama anggota timnya yang terdiri dari Syamsul Rizal, Annisa Widowati, Alam Firmansyah Putra Perdana, dan Rachmat Sandryan telah mengembangkan alat pemurni garam ini sejak September tahun lalu. “Kami mengembangkannya selama tiga bulan,” imbuhnya. Tim ini berasal dari dua departemen yang berbeda, yakni D3 Teknik Instrumentasi dan Teknik Kimia.

Dengan segala upaya yang dilakukan, tambah Nur, akhirnya mesin skala lab yang menghabiskan dana pembuatan hingga Rp 10 juta itu pun berhasil dikembangkan dengan baik. Setelah dilakukan pengembangan, mesin pemurni garam ini mampu melakukan proses pemurnian selama 3 – 4 jam dengan kapasitas mesin sementara ini mencapai tiga kilogram garam krosok. “Bila ini terus dikembangkan, maka hasil inovasi ini bisa bermanfaat bagi petani dan pemerintah tentunya”, ungkapnya. (HUMAS ITS)

Rumah Pendidikan
About Rumah Pendidikan 830 Articles
RAPIDO adalah Rumah Pendidikan Indonesia. Website ini adalah rumah bagi seluruh masalah pendidikan di Indonesia untuk didialogkan dan didiskusikan. Karenanya website ini bukan hanya media guru dalam mengaspirasikan permasalahannya, akan tetapi media bagi pemegang kebijakan (pemerintah) dalam mengambil setiap kebijakannya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.