Menulis dari Jalanan

Oleh : Charis Hidayat

“Percayalah bahwa semakin banyak tulisan yang dituliskan, maka kualitas akan berbicara dengan sendirinya”

Pagi itu sangatlah cerah, akhir pekan merupakan jadwal saya berangkat ke luar kota untuk menunaikan kewajiban belajar. Seharusnya saya berangkat tadi malam, namun adanya berita yang mengabarkan bahwa didaerah pinggiran kota malang dilanda banjir menyebabkan akhirnya saya berangkat pada pagi harinya.

Motor menjadi pilihan utama saya untuk mengantarkan diri menuju ke tempat belajar. selain karena memang jarak antara kota saya dengan tempat belajar masih terjangkau, mengendarai motor juga dapat dijadikan sebagaimana sarana berolahraga. Motor yang sudah berumur kurang lebih 4 tahunan ini sudah banyak berjasa mengantarkan si empunya pergi kemanapun. Tak heran saya sangat menjaga dan merawatnya layaknya bunga di taman.

Lalu lintas pagi itu cukup lengang, saya mengendarai motor dengan kecepatan 50-60 km/jam, sengaja saya mengendarai motor dengan kcepatan sedang. Ini bertujuan untuk menghirup udara segar pagi hari, dan menikmati suasana kehijauan disekeliling jalanan yang saya lewati. Konon warna-warni kehijauan pepohonan serta rerumputan juga dapat menjadi terapi mata khusus untuk kesembuhan.

Bermotor memang selalu memiliki sensasi tersendiri yang kadang tak didapatkan jika berkendara dengan transportasi lainya. Inilah alasan kenapa saya pribadi lebih suka untuk mengendarai motor jika pergi kemanapun. Selain irit bahan bakar, bermotor pun bisa dijadikan alternatif untuk menerobos kemacetan.

Saat berada dijalanan saya melihat sepasang muda mudi yang sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, hingga nyaris saja mencelakakan pengendara lain. Sontak naluri kemanusian saya tergugah melihat hal tersebut, bermaksud untuk memberi teguran kepada pengendara tersebut. Seketika saya pacu motor tunggangan dengan kecepatan tinggi, walau demikian akhirnya saya kehilangan jejak motor yang dikendarai oleh sepasang muda mudi tersebut.

Dari pakaian yang dipakainya saya bisa mengenali bahwa pengendara motor tersebut sepertinya masih duduk dibangku sekolah. Sejurus kemudian saya berfikir mungkin saja pengendara tersebut terburu-buru memacu motornya agar ingin cepat sampai ke tempat tujuan. hal yang lumrah, keingininan semua orang saat berada di jalanan pastinya ingin cepat sampai ditempat tujuan. cepat sampai tujuan memang sah-sah saja tapi dengan mengabaikan keselamatan pengendara lain ini yang tidak dibolehkan.

‘alon-alon asal kelakon’ sepertinya pepatah jawa itu hanya menjadi jargon bagi setiap orang, pepatah tersebut belum sepenuhnya dimaknai pada tataran penjiwaan yang dalam, untuk diterapkan dalam sendi-sendi kehidupan. sangat sulit memang meredam emosi saat dijalanan, kesabaran dan selalu berdzikir saat berkendara dijalan menjadi mantra ampuh keselamatan.

Lagi-lagi saya ingat akan kegiatan menulis, iya kegiatan yang belum lama ini saya coba untuk biasakan serta tularkan. Dalam menulis juga dibutuhkan kunci-kunci kesabaran dan keselamatan, agar setiap kata yang kita tuliskan dapat dibaca dengan enak tanpa menyinggung persoalan banyak orang. Menulis juga butuh kesabaran, kesabaran dalam menulis salah satunya saat menuliskan kata-kata berulang yang terus menerus dituliskan. percayalah bahwa semakin banyak tulisan yang dituliskan maka kualitas akan berbicara dengan sendirinya. inilah pelajaran menulis yang saya dapatkan dari perjalanan berkendara ke tempat belajar.

Saya menyadari betul bahwa, kekuatan ingatan itu tak sedahsyat kekuatan tulisan. Entah kenapa demikian, hingga detik ini pun saya belum menemukan jawaban pasti akan 2 kekuatan tersebut. Bahkan uniknya, porsi yang diberikan tuhan kepada manusia tentang ingatan dan tulisan tidak selamanya dapat disandingkan. Selalu saja ada dominasi khusus yang dimiliki oleh setiap orang baik kekuatan ingatan atau kekuatan tulisan. Idealnya, antara 2 kekuatan tersebut dimiliki banyak orang sama kuatnya, namun untuk mengasah keduanya perlu terapi khusus yang itu juga perlu proses panjang. Seperti apa yang saat ini saya tuliskan merupakan bagian dari proses tersebut, agar kelak kualitas ingatan dan tulisan sama baiknya. Boleh saja tulisan ini cukup singkat, tetapi dibalik itu semuanya ada usaha kecil untuk dapat menulis, menulis dan menulis, walau itu hanya satu kata.

Rumah Pendidikan
About Rumah Pendidikan 536 Articles
RAPIDO adalah Rumah Pendidikan Indonesia. Website ini adalah rumah bagi seluruh masalah pendidikan di Indonesia untuk didialogkan dan didiskusikan. Karenanya website ini bukan hanya media guru dalam mengaspirasikan permasalahannya, akan tetapi media bagi pemegang kebijakan (pemerintah) dalam mengambil setiap kebijakannya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.