Merindukan dan Meneladani Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Oleh: Bobi Puji Purwanto, S.Pd

(Pecinta Buku-Buku PAUD dan Sejarah)

Pada tahun 11 hijriyah, manusia mulia sepanjang masa dan teladan bagi seluruh manusia itu wafat. Nabi Muhammad saw. wafat pada usia 63 tahun. Menjelang wafat, beliau menyebut ummati, ummati, dan ummati. Masya Allah. Beliau sangat mencintai ummatnya. Kelak, beliau akan masuk ke surga bersama-sama dengan ummatnya. Semoga kita bisa meneladani Nabi Muhammad saw, masuk ke surga bersama-sama dengan beliau, dan gemar bersholawat kepadanya. Aamiin.

Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, kepemimpinan kaum muslimin saat itu kosong. Maka, para sahabat dari kalangan muhajirin dan anshor bermusyawarah untuk memilih khalifah kaum muslimin yang tepat. Saat itu prosesnya cukup panjang. Kira kira selama satu minggu, kata ustad Budi Ashari dalam ceramahnya. Banyak perbedaan pendapat yang muncul. Tapi perbedaan itu sudah biasa. Semua kaum muslimin berdiskusi dengan bijaksana.

Sampai akhirnya, terpilihlah Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah pertama kaum muslimin. Masya Allah. Pilihan itu berdasarkan dari kedekatan Abu Bakar dengan Nabi Muhammad saw. Abu Bakar adalah sahabat yang paling dicintai Nabi saw. Pernah jadi imam sholat ketika Nabi saw sakit. Beliau juga yang menemani hijrah Nabi saw dari Mekkah ke Yastrib yang saat ini kita kenal dengan kota Madinah Al-Munawaroh.

Ketika banyak dari sahabat yang hampir tidak percaya tentang peristiwa isra’ mi’rajnya Nabi saw, Abu Bakar justru sangat percaya dan membenarkannya. Bahkan, Abu Bakar pernah bilang ke Abu Jahal dan kelompoknya begini, jika mata saya melihat tembok itu warna putih, lalu Nabi saw bilang bukan putih, maka saya pasti percaya dengan Nabi saw. Masya Allah. Dari situ Abu Bakar mendapat gelar dari Nabi saw sebagai As-Shiddiq (dapat dipercaya).

Baiklah, sekarang membahas karakter kepemimpinan Abu Bakar tentu sangat menarik. Dan kita semua sangat merindukan kepemimpinan itu. Pertanyaannya, karakter kepemimpinan apa saja yang kita rindukan dari sahabat mulia Abu Bakar As-Shiddiq?

Pertama, keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam hadis yang diriwayatkan al-baihaqi, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat, maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” Masya Allah. Ibarat sebuah pisau, ia akan selalu tajam dan tak akan pernah berkarat. Meskipun terkena hujan atau apa pun itu. Begitulah keimanan Abu Bakar yang Nabi SAW mengakuinya.

Kedua, dermawan.

Sebelum menjadi khalifah, atau saat menjadi khalifah, Abu Bakar adalah sahabat yang sangat dermawan. Beliau tidak pernah perhitungan dalam menggunakan harta di jalan Allah. Beliau sangat gemar membebaskan seorang budak yang teraniaya. Misalnya Bilal bin Rabbah. Seorang budak dari Umayah bin Khalaf. Setelah Bilal bin Rabbah dibebaskan, dia menjadi muadzin bagi seluruh kaum muslimin saat itu.

Selain itu lagi, Abu Bakar juga pernah menginfakkan seluruh hartanya pada saat perang Tabuk. Masya Allah. Ketika Nabi SAW bertanya, apa yang akan kamu tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakar? Maka Abu Bakar menjawab, aku akan tinggalkan mereka Allah dan Rasulnya, wahai Nabi Allah. Maysa Allah. Luar biasa.

Ketiga, sangat lembut.

Saat itu, dibawa kekhalifahan Abu Bakar, pasukan kaum muslimin sedang berjihad di jalan Allah di bumi Syam dan Persia. Pasukan yang di Persia dibawa kepemimpinan Khalid Al Walid, mendapatkan perintah dari pusat Madinah untuk membawa pasukannya ke bumi Syam. Yang ketika itu, di bumi Syam ada sahabat mulia Abu Ubaidah Al Jarrah.

Sesampai di bumi Syam, Khalid Al Walid dan pasukannya termasuk pasukan yang lain dari Abu Ubaidah mampu membuka banyak kota-kota. Luar biasa. Nah, suatu waktu di saat kaum muslimin masih dalam kondisi berjihad, Khalid Al Walid meninggalkan pasukan ke Mekkah. Niatnya baik, untuk berhaji. Tapi Khalid Al Walid tidak izin. Lalu kemudian, kabar itu sampai di pusat pemerintahan Madinah.

Respon apa yang muncul saat itu?

Ada perbedaan pandangan yang terjadi antara sang khalifah Abu Bakar dan Umar Bin Khattab. Kedua sahabat Nabi SAW ini sangat luar biasa. Umar bin Khattab mengusulkan agar Khalid Al Walid dipecat. Karena dia sudah melanggar aturan dengan pergi tanpa izin dan sangat membahayakan pasukan muslimin. Tapi usulan itu ditolak oleh Abu Bakar. Setelah itu Abu Bakar mengirimi surat ke Khalid Al Walid agar tidak mengulangi kesalahannya. Itulah karakter Abu Bakar.

Keempat, juga bisa tegas.

Setiap kepemimpinan pasti ada tantangan dan rintangan. Pemimpin yang mampu menghadapi semua rintangan dengan selalu berserah diri kepada Allah SWT dan bijaksana adalah pemimpin yang hebat. Abu Bakar menjadi khalifah kurang lebih selama 2 tahun. Saat kepemimpinannya, ada kelompok yang tak mau lagi tunduk kepada aturan Islam.

Dari situ, muncul kelompok yang tidak mau membazar zakat. Kemudian ada lagi kelompok yang mengaku sebagai Nabi. Abu Bakar sangat tegas dalam menangani masalah ini. Sehingga lahir perang Riddah. Perang melawan kemurtadan. Abu Bakar menunjuk Khalid Al Walid sebagai panglima. Dan apa yang terjadi? Persoalan yang terjadi bisa diselesaikan dengan baik. Luar biasa.

Jadi, itu adalah beberapa karakter kepemimpinan dari sahabat Mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat kita rindukan. Meskipun masih banyak lagi karakter-karakter terbaik lainnya. Semoga kita bisa meneladani karakter kepemimpinan dari seluruh sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Insya Allah, jika kita bisa meneladani sahabat-sahabat mulia Nabi SAW, maka kita bisa menjadi pribadi yang selamat dunia dan akhirat. Aamiin.

Penulis: Bobi Puji Purwanto, S.Pd

Rumah Pendidikan
About Rumah Pendidikan 543 Articles
RAPIDO adalah Rumah Pendidikan Indonesia. Website ini adalah rumah bagi seluruh masalah pendidikan di Indonesia untuk didialogkan dan didiskusikan. Karenanya website ini bukan hanya media guru dalam mengaspirasikan permasalahannya, akan tetapi media bagi pemegang kebijakan (pemerintah) dalam mengambil setiap kebijakannya.