
Oleh : Yulia Pratitis Yusuf
Hai sobat Rapido,… apa kabar?,…
Kali ini kehidupan Jepang yang akan saya ulik adalah tentang kebersihan lingkungan dan pengolahan sampah.
Mungkin bagi kalian sampah adalah hal remeh yang tidak menarik perhatian. Tetapi lain halnya dengan negara yang satu ini, sampah merupakan hal penting yang keberadaannya sangat diperhatikan. Kalian tidak boleh membuang sampah tidak sesuai dengan jenisnya lho, apalagi membuang sampah sembarangan.
Coba deh sekarang kalian lirik lingkungan di sekitarmu, apakah ada sampah yang terlihat?, entah itu sampah daun, kertas atau hanya sebuah puntung rokok?

Begitu banyaknya perokok di Indonesia yang membuang puntung rokoknya di sembarang tempat. Jangankan puntung rokok, kadangkala kita kerap melihat orang membuang sampah dari jendela mobil di jalanan. Sangat miris melihatnya, padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim yang sering mendengar seruan hubungan antara kebersihan dan iman. Tetapi kebanyakan dari kita tidak peduli akan sampah sehingga lingkungan kita terkesan kumuh dan kotor.

Setelah melongok kehidupan masyarakat di Jepang ini, mungkin saya akan menutup muka dan tertunduk malu karena lingkungan di sekitar saya masih sangat kotor.
Jepang, merupakan negara modern dengan pertumbuhan teknologi yang begitu pesat, tetapi masyarakatnya masih menjaga kebudayaan dan kebiasaan turun-temurun hingga saat ini. Pengolahan sampah di Jepang sebenarnya tidak rumit. Sampah yang mereka buang dibeda-bedakan menurut bahannya. Apakah sampah kertas, botol plastik, botol alumunium, botol kaca atau sampah basah seperti sisa makanan, sayur, kulit buah, sampah yang bisa dibakar, sampah yang tidak bisa dibakar dan sebagainya.

Di Jepang, tempat sampah pasti tidak hanya satu, tong sampah akan berjajar satu set sesuai dengan jenis sampahnya. Kalian bisa melihat gambar 3, tempat sampah itu terdapat di dalam gedung pertunjukan Kabuki di Tokyo. Tempat sampah itu terbagi dalam 6 (enam) jenis sampah yang berbeda, berturut-turut dari kiri adalah sampah untuk botol plostik, sisa minuman, botol alumunium, botol kaca, sampah yang tidak bisa dibakar (seperti tissu basah, kulit buah dll) dan sampah yang bisa dibakar.
Pemilihan sampah sangat penting karena sampah-sampah tersebut akan didaur ulang sesuai dengan jenisnya.


Kesadaran masyarakat Jepang untuk membuang sampah di tempatnya dan memilah sampah sudah dilakukan sejak dulu. Jadi tidak heran bila pengolahan sampah di Jepang sudah tertata dan membudaya. Tidak hanya di tempat umum saja pemilahan sampah dilakukan, tetapi di lingkungan rumah tanggapun juga seperti itu.

Masyarakat Jepang menerapkan pengolahan sampah dengan sistem 3R, Reduse, Reuse dan Recycle. Meminimalisir sampah, kembali menggunakan barang yang masih bisa dipakai dan mendaur ulangnya. Gerakan sadar akan pengolahan sampah secara Nasional di Jepang dimulai sekitar tahun 1970 an, diawali oleh kesadaran beberapa kelompok masyarakat yang menamakankan dirinya “chonaikai”. Gerakan ini melakukan edukasi ke berbagai lapisan masyarakat secara terus menerus. Hingga akhirnya Undang-undang kemasan daur ulang diloloskan parlemen Jepang pada tahun 1997 dan pada tahun 2000 Undang-Undang tentang Basic Law for Promotion of the Formation of Recycling Oriented Society _Undang-undang tentang pengolahan sampah ditetapkan.
Tempat sampah dalam satu set (dibedakan menurut jenisnya) tidak hanya disediakan diberbagai tempat fasilitas publik di Jepang, tetapi juga diletakkan disebelah mesin-mesin penjual minuman otomatis. Tujuannya agar botol yang selesai digunakan dapat segera dibuang di tempatnya.

Untuk sampah dari puntung rokok, saya mempunyai pengalaman saat homestay bersama orang Jepang, sebetulnya di tempat-tempat umum tidak diperbolehkan merokok, selalu disediakan “Kitsuenshitsu”_tempat khusus untuk merokok bagi yang ingin merokok. Kebetulan saat itu keluarga homestay saya mengajak jalan-jalan, tiba-tiba dia meminta ijin untuk merokok dan menjauh dari saya. Saya amati terus, saat sebatang rokok semakin memendek dan tinggal puntungnya, keluarga homestay saya tersebut tidak melemperkan puntung rokok ke tanah dan menginjak-injaknya seperti kebiasaan perokok Indonesia. Tapi dia mengeluarkan semacam dompet dari tasnya. kemudian dia mematikan puntung rokoknya dengan menekan-nekan di tempat tersebut lalu menyimpan puntung di dalamnya. Ternyata di dalam dompet tersebut sudah terdapat beberapa puntung rokok lainnya yang belum sempat di buang di tempat sampah. Akhirnya kami jalan-jalan sambil membawa puntung rokok yang tersimpan dalam dompet di tasnya.
Kesadaran membuang sampah pada tempatnya terus dibudayakan dalam berbagai lapisan masyarakat, sehingga orang yang membuang sampah sembarangan atau tidak sesuai dengan jenisnya akan mendapatkan hukuman sosial berupa cibiran atau teguran dari oran lain. Konsekuensi sosial dari pelanggaran membuang sampah di Jepang adalah rasa malu dan dicap sebagai orang yang tidak mengerti aturan, sanksi sosial inilah yang membuat masyarakat Jepang tertib membuang sampah di tempatnya.
Kalian akan terheran-heran saat tidak bisa menemukan sampah selembarpun saat ada keramaian masyarakat yang berkumpul dalam rangka perayaan. Berikut adalah suasana perayaan musim panas beberapa waktu yang lalu dan anda tidak akan menemukan sampah yang berserakan walaupun mereka ramai membeli makanan dan minuman.

Bila ada perayaan atau keramaian, maka masyarakat membuat tempat sampah darurat dari kardus yang dilapisi plastik dan membaginya dalam beberapa jenis seperti gambar Gb.9.


Well guys,…
kalian bisa membayangkan bagaimana andai di lingkungan kalian bebas sampah seperti di Jepang?, kualitas kesehatan dan so pastinya kualitas keimanan kalian juga akan meningkat. Bukankah “KEBERSIHAN SEBAGIAN DARI IMAN?”.
Mulailah dari diri sendiri, keluarga, tetangga dan lingkungan yang lebih luas lagi.
あなたのごみはあなたの責任です。あなたのごみはあなたのたからものです。
(Anata no gomi wa anata no sekinin desu. Anata no gomi wa anata no takaramono desu)
Sampahmu adalah tanggung jawabmu. Sampahmu adalah harta karunmu!
Orang keren itu orang yang buang sampah di tempatnya.
Salam dari Tokyo, JEPANG
Urawa, 26 Juni 2017
Be the first to comment