
Oleh : Sariyyul Hikmah
Pendidikan merupakan langkah awal untuk pembentukan karakter pada anak, bahkan pendidikan dimulai saat anak masih berada dalam kandungan. Dengan pendidikan juga, seseorang mampu menggapai mimpinya. Mewujudkan keinginannya untuk menjadi apa dan seperti apa sesuai dengan kemauannya. Sehingga untuk memilih suatu pendidikan pun orang akan benar-benar sangat selektif. Namun ketika orang dalam posisi memilih suatu pendidikan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, mereka lebih cenderung memilih pendidikan umum sebagai basic-nya dibanding pendidikan agama. Seakan-akan pendidikan agama hanya digunakan sebagai pelengkap saja.
Setiap tahun ajaran baru tiba, orang tua harus memilih pendidikan untukanak. Pendidikan yang diharapkan orang tua mampu memperbaiki taraf kehidupan di masa depan. Terutama dapat memperbaiki perekonomian yang kelak mampu menunjang status sosial mereka. Untuk itu sebagian besar orang tua memilihkan pendidikan anaknya bersekolah di sekolah umum yang mendapatkan porsi pendidikan umum lebih banyak dibanding bersekolah di madrasah yang porsi pendidikan agamanya lebih banyak. Seakan pendidikan umum itu bergengsi, apalagi Pendidikan yang dikelola pemerintah (negeri) menjadi jaminan masa depan cerah.
Belum lagi sikap yang ditunjukkan orang tua ketika mereka mendapati nilai pelajaran umum anaknya mendapatkan nilai jelek. Mereka langsung menunjukkan respon cepat, langsung mencarikan solusi dengan memberikan les private pada anaknya bahkan mencarikan lembaga bimbel terkemuka meski harus mengeluarkan uang yang tak sedikit. Lalu,apakah perlakuan orang tua sama ketika melihat nilai pelajaran agama anaknya buruk? Bisa jadi tidak sekalut ketika anaknya tak mampu menguasai matematika atau bahasa asing.
BACA JUGA – Nyalakan Nyali Menulis
Anak merupakan aset negara. Apa yang diraih anak juga dapat memajukan dan mengharumkan nama bangsa. Namun kita tidak dapat mengabaikan bahwa anak merupakan amanah dari Allah untuk dididik sebaik mungkin. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al-Hakim, Rasulullahbersabda, “Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik. Anak ibarat selembar kertas yang masih kosong dan orang tua ibarat penulis yang dapat menuliskan apa saja di atas kertas tersebut. Baik buruk tulisan tergantung penulisnya. Manfaat ataukah tidak seorang anak pun tergantung didikan orangtuanya. Mau dijadikan muslim atau majusi juga tergantung walinya. Karena orang tua kelak akan dimintai pertanggung jawaban Allah mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah diberikan pada anaknya. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Tahrim: 6 “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”
Andai saja banyak orang tua yang menyadari bahwa pendidikan umum hanyalah mampu menjadi penolong duniawi saja. Berbeda dengan pendidikan agama yang kelak mampu menolong mereka dari siksa kubur maupun akhirat melalui doa anak shaleh atau shalehah ketika anak-anak tersebut memiliki pondasi agama yang kuat. HR. Muslim “Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anaks haleh yang mendoakan.”Seyogyanya jika orang tua mampu mendidik anak-anaknya dengan bekal pendidikan agama dan umum secara seimbang, tidak beratsebelah. Sehingga anak akan tumbuh menjadi anak yang berkarakter, menjadi generasi yang imtek, tak hanya mumpuni dalam bidangnya saja, namun juga memilik imtak sehingga mampu menggunakan ilmu yang dimilikinya sesuai ajaran agama, sebagai pengerem. Niscaya tidak akan ada korupsi atau maling teriak maling. Mereka akan lebih amanah ketika menjadi pemimpin.
* Guru PAI di SDN Perak Barat. Tinggal di kotaPahlawan, hp yang dapat dihubungi 085232067288. Dapat juga dihubungi melalui: fb dan twitter arikmahkamal, email: sariyyulhikmah78@gmail.com
Be the first to comment