
Oleh : M. Arfan Mu’ammar
Sejauh mana kita mampu memaksimalkan momentum Ramadhan untuk berbuat kebaikan, sejauh itu pula imbalan yang akan kita terima. Bagaimana kita mampu memaksimalkan amalan di Bulan Ramadhan?
Saya punya pengalaman menarik. Saya merasa bahwa ramadhan tahun ini 1439 H jauh lebih baik dari ramadhan sebelumnya. Dari segala hal, baik dari kuantitas bacaan al-Quran, kualitas Sholat rawatib dan sunnah, serta amalan yang lain.
Saya kemudian berpikir, bagaimana bisa?
Seperti halnya olahraga, puasa juga butuh stretching. Kita mau lari maraton, tanpa didahului stretching, kita akan lunglai di tengah jalan. Kita ingin berenang, tanpa didahului dengan stretching maka kita akan ngos-ngosan di tengah permainan. Kita akan lari sprint tanpa didahului pemanasan, kita akan tumbang di tengah jalan.
Begitu juga ramadhan, tanpa ada stretching di bulan sebelumnya, maka kita akan loyo di tengah jalan. Ibarat sebuah mobil, kalau di hari biasa speed kita 60 km/perjam, kemudian di bulan ramadhan kita naikkan jadi 80-90 km/jam masih dimungkinkan. Lha kalau di hari biasa speed kita 10-20 km/jam, lalu di bulan ramadhan kita tancap gas jadi 90-100 km/jam, maka tentu RPM akan naik drastis, bisa-bisa mesin mengepul dan terbakar.
Di hari biasa jangankan mengaji, naruh al-Qur’an saja lupa di mana, lalu di bulan ramadhan mau menghkatamkan al-Qur’an? Helloo?
Di hari biasa sholat rawatib bolong-bolong, di bulan ramadhan mau tahajjud sebulan penuh, habis sahur saja langsung tidur, shubuh hilang.
Berbuat kebaikan jangan menunggu bulan ramadhan, stabilkan speed kita 60-70 km/jam di luar ramadhan, maka di bulan ramadhan kita tidak terlalu ngoyo kalau mau menaikkan speed menjadi 100 km/jam. Enteng, RPM pun paling banter 3. Mesin aman dan tetap stabil.
Be the first to comment