Portable Paradise

Oleh : M. Arfan Mu’ammar

Pada tahun 2015 ada buku cukup menarik, judulnya “Jangan Lupa Bahagia” karya Febri Surya. Buku itu mengingatkan kita bahwa jangan sampai kita melupakan kebahagiaan. Terlalu larut dalam kesedihan. Sampai-sampai bahagia saja lupa.

Kalau ada istilah “Baiti Jannati” atau “Home sweet home” tentu istilah itu menunjukkan kepada kita bahwa rumah adalah tempat kebahagiaan kita. Tempat hadirnya sebuah kegembiraan. Tempat bersemainya benih-benih kesenangan. Bertemu anak dan istri, merupakan kebahagiaan yang tidak tergantikan.

Namun, apakah kita hanya bisa bahagia di rumah? apakah yang kita anggap “jannah” (surga) hanya ada di “bait” (rumah)?.

Jika memang demikian, alangkah tidak bahagianya kita. Hanya berapa jam kita tinggal di rumah? paling masuk rumah jam 17.00, besok pagi jam 08.00 sudah keluar rumah. Ya, hanya 15 jam kita di rumah dalam sehari. 9 jam sisanya kita di luar rumah. Itu belum dihitung jika kita sedang dinas luar kota, ada rapat kerja, mengikuti seminar, pelatihan dan sebagainya. Mungkin kita di rumah di bawah 15 jam.

Artinya, 9 jam dalam sehari kita merasa tidak bahagia, karena kebahagian kita ada di “paradise” (surga), sedangkan “surga” kita ada di rumah. Alangkah tidak bahagianya kita.

Karena itu, surga jangan hanya di rumah, kita butuh “portable paradise”. Surga yang bisa kita bawa kemana-mana. Layaknya sebuah hardisk eksternal, berisi ratusan film kesukaan kita. Kita bisa melihatnya di mana saja dan kapan pun kita suka.

Jika kita memiliki “portable paradise”, maka tidak usah menunggu sampai di rumah untuk bahagia, di kantorpun kita bisa bahagia, di jalanpun kita bisa bahagia. Dalam setiap keadaan kita bisa tersenyum, bukan senyum palsu, tapi senyum kebahagiaan yang tumbuh dari hati.

Bahkan jika dicacipun, bibir kita masih bisa mengembangkan senyuman. Tidak peduli kita di mana dan dalam situasi apapun, kita tetap bahagia.

Mulai saat ini, tidak ada alasan lagi untuk tidak bahagia, karena di tas jinjing kita menggantung “portable paradise”