
Oleh : M. Arfan Mu’ammar
Sekolah kawasan merupakan pembagian sekolah berdasarkan kawasan dengan sistem zonasi. Artinya sebuah wilayah dibagi menjadi beberapa bagian. Contohnya Surabaya dibagi menjadi 5 kawasan. Yaitu Surabaya Pusat, Utara, Selatan, Barat dan Timur.
Sekolah kawasan di negara maju juga demikian, sebuah daerah di negara bagian akan dibagi menjadi beberapa kawasan. Di setiap kawasan ada dua atau tiga sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah kawasan (sekolah unggulan). Bergantung jumlah penduduk yang ada di kawasan tersebut. Semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula sekolah kawasan yang ditunjuk oleh pemerintah setempat.
Proses penerimaan sekolah kawasan bukan hanya dari pertimbangan nilai hasil seleksi masuk, atau nilai akhir sekolah. Namun ada satu poin penting dalam penerimaan siswa di sekolah kawasan yaitu tempat tinggal dan domisili siswa.
Siswa yang tinggal di sekitar sekolah, memiliki peluang lebih besar diterima dibanding dengan siswa yang tinggal jauh dari sekolah, walaupun dengan nilai yang lebih baik. Semakin dekat jarak rumah siswa dengan sekolah, semakin punya peluang diterima di sekolah itu.
Jika ada sekolah yang cukup favorit dengan jarak 30 km dari rumah siswa, sedang di jarak 15 km ada sekolah yang tidak begitu favorit. Maka sekolah favorit dengan jarak 30 km tidak akan menerima siswa itu. Justru peluangnya lebih besar terletak pada sekolah non-favorit yang terletak 15 km dari rumah siswa tadi.
Dengan sistem demikian, maka tidak akan ada sekolah favorit yang kebanjiran siswa. Juga tidak akan ada sekolah non-favorit yang kekurangan siswa. Distribusi siswa menjadi merata antar daerah, antar kawasan. Karena sekolah non-favorit terus mendapat supply siswa yang mencukupi setiap tahunnya. Maka tidak akan lama, sekolah tersebut akan menjelma menjadi sekolah favorit yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
Tidak akan ada lagi cerita sekolah kehabisan murid, sekolah memberhentikan guru karena tidak ada murid. Demikian juga sekolah favorit, tidak akan terlalu jauh meninggalkan sekolah yang lain, karena siswa terbatasi dengan sistem zonasi. Siswanya tidak akan berkurang, juga tidak terlalu meluber.
Selain memeratakan jumlah siswa antar sekolah. Sekolah kawasan juga mampu mengatasi kemacetan di kota-kota besar. Bagaimana itu bisa terjadi?
Karena sistem penerimaan siswa berdasarkan zona dan kawasan terdekat tempat tinggal. Maka mobilisasi orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah atau mobilisasi siswa yang berangkat ke sekolah akan terkurangi. Siswa tidak akan jauh-jauh berangkat ke sekolah, karena jarak ke sekolah dapat ditempuh hanya dengan durasi singkat sekitar 10-15 menit. Karena jarak yang dekat, maka mobilisasi kendaraan, khususnya antar wilayah, antar kawasan akan terpangkas.
Selain itu, siswa dapat menghemat waktu. Dapat belajar lebih nyaman di sekolah atau di rumah. Waktu tidak dihabiskan di jalan. Bukan hanya efesiensi waktu, siswa dan orang tua juga dapat hemat biaya. Dengan jarak tempuh sekian menit, tentu tidak membutuhkan banyak BBM. Sehingga orang tua dapat membatasi pengeluaran dan menambah tabungan untuk pendidikan anak di masa depan.
Lantas bagaimana Surabaya menjalankan sekolah kawasan? Serta bagaimana sistemnya?
Bersambung…
Be the first to comment