
Oleh : Meythayana Irawati
Hari demi hari kulalui sendiri, tanpa kamu, tanpa pesan pesanmu, tanpa segalanya darimu. Aku tau kamu sedang apa, kamu sedang menata kembali ceritamu, asal kamu tahu aku pun melakukan yang sama.
Awalnya, aku tidak pernah terbiasa dengan semuannya, tidak pernah terbiasa dengan tiadanya pesan darimu, tidak terbiasa tanpa gurauanmu, dan tidak terbiasa tanpa perhatianmu.
Kurasa hari hariku ini monoton, kadang membosankan dan kadang terselimut rindu yang semakin hari semakin kutepis. Aku tidak mau gagal dalam keputusan ini.
Nyatanya, bumi masih berotasi setelah cerita kita tak lagi berotasi, senja masih menyejukan setelah kehadiraku dan kehadiranmu tak saling menyejukan, semua akan baik baik saja, kita hanya perlu waktu agar lebih terbiasa.
Ini waktunya kita mengejar mimpi kita masing masih, toh kita masih teman kan, teman tidak akan mengenal titik jenuh, bukankah itu lebih mengasyikan?
BACA JUGA – Cegah Kerusakan Dini Pembangkit Listrik, Mahasiswa ITS Rancang Sipeko
Potong demi potong kenangan kutimbun rapat rapat, kuletakan disudut kota, agar aku kesulitan menjamahnya. Sengaja tidak kuletakan dipojok kamar karna aku tak ingin rindu menghampiriku malam malam dan memaksaku untuk kembali mengulang semuanya.
Tapi jika ada yang rindu titipkan itu pada awan biru, biar angin yang menerbangkanya sampai ke pintu rumah majikan rindu. Walaupun nanti, kita tidak mendapat pesan balas rindu, tapi tidak ada salahnya kan kita merindu?
Kupastikan ceritamu dan ceritaku ini benar benar usai, aku tidak ingin bergelut dengan semu, aku rasa kita memang diciptakan buat pernah ada, bukan selalu ada.
Selamat terbiasa dengan semuanya, sampai jumpa di kebahagiaan kita masing masing. Selamat melanjutkan hidupmu, kututup kisah ini, selamat tinggal wahai tamu.
Be the first to comment