
Oleh : Charis Hidayat
Catatan saja, betapapun kebaikan banyak dilakukan, tetap juga pandangan negatif selalu disematkan. Setiap jengkal kelakuan, selagi itu baik, pasti akan disalahkan. Beribu maaf sudah dilontarkan, berjuta tuduhan justru akan didapatkan. Entah, kemanakah lorong kebajikan yang dapat dilalui. Selalu saja, gonggongan keangkaramurkaan, setiap detik mengawasi.
Senyumin, tatkala tahu ternyata dirinya, dengan lantang bersuara, ini sudah terlihat. Baginya, apapun yang terlihat atas mata inderawinya, itu ancaman. Bagai segerombolan singa yang hendak menerkamnya, seolah dirinya ketakutan hendak lari entah kemana. Padahal, jika disadari, itu semua hanya kulit luarnya. Kulit yang tampak bersih tanpa noda, namun unsur didalamnya keropos tak bertenaga. Masihkah dipercaya, semua itu ancaman nyata, atau kebutaan melihat keadaaan yang sebenarnya.
Diam, lama-lama akan hancur juga, semua juga tahu, lalu apalagi rahasia yang mau disimpanya. Satu demi satu, semakin tampak, terlebih saat disebutkan ada sekelompok geng, itu pula menjadikan dirinya tampak cemas. Lalu apa yang sudah dilakukan, apa pula prestasi yang akan dibanggakan. Semua sudah tak percaya akan sosoknya, kekaleman sifat dan tutur katanya, tidak akan pernah bisa membawa perubahan.
Adanya perubahan, menjadi sebuah keniscayaan. Terlebih bagi organisasi yang haus akan prestasi, dan dinaungi banyak anak muda didalamnya. Jika membaca beberapa teori tentang perubahan sosial, maka akan ditemukan yang dinamakan tentang teori siklus.
BACA JUGA – Meluruskan Paradigma Evaluasi Pembelajaran
Menurut teori siklus, perubahan merupakan sesuatu yang terjadi berulang. Teori ini juga menjelaskan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun. Dalam setiap masyarakat termasuk juga di dalam sebuah organisasi, terdapat siklus yang harus diikutinya. Bahkan menurut teori ini, kemajuan dan kemunduran (organisasi/masyarakat) tidak dapat lagi dielakkan, dan tidak selamanya perubahan sosial membawa kebaikan.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Arnol Toynbee, seorang sejarawan Inggris, berpendapat bahwa kemajuan dan kemunduran suatu organisasi atau pranata sosial dapat dijelaskan melalui konsep-konsep kemasyarakatan yang saling berhubungan, yaitu antara tantangan dan tanggapan (challenge and respone).
Arnol Toynbee melakukan pengamatan bagaimana setiap pranata sosial atau organisasi yang ada akan menghadapi tantangan alam dan sosial di lingkungannya. Jika suatu organisasi atau pranata sosial ini mampu untuk merespon dan menyesuaikan diri dengan tantangan-tantangan tersebut, maka bukan tidak mungkin organisasi atau sistem pranata sosial itu akan bertahan dan semakin berkembang. Justru sebaliknya bila tidak, maka akan mengalami kemunduran dan akhirnya punah. Jika suatu tantangan sudah bisa diatasi maka akan muncul tantangan-tantangan baru lainya.
bersambung….
Be the first to comment